"Kami belum bisa memastikan perahu ini milik siapa. Bukti-bukti kepemilikan belum ada. Namun perahu ini mempunyai keunikan yang tinggi. Perahu kuno ini sangat modern di zamannya," tutur Kepala Balai Arkeologi (Balar) Medan Lucas P Koestoro, saat ditemui Kompas, Minggu (20/10).
Lucas menuturkan, konstruksi perahu temuan itu menggabungkan ciri perahu nusantara dan model perahu Eropa. Alas perahu terdiri dari lesung kayu utuh sebagaimana perahu tradisional nusantara. Namun pada bagian lain perahu mempunyai rangka besar berukuran 18 kali 20 cm. Di bagian depan bawah perahu dan buritan terdapat kayu pelapis yang diduga berfungsi sebagai pelindung.
"Kerumitan ini yang tidak lazim pada perahu nusantara tempo dulu. Saya menduga perahu ini dibuat pada bagian rangka terlebih dahulu sebelum kemudian bagian lambungnya," tutur Lucas. Rangka perahu yang terlihat kokoh itu diduga kuat dari kayu ulin, sedangkan pelapis bagian depan bawah dan buritan dari kayu bungur.
Dia memastikan, perahu kuno itu bukan perahu nelayan. Warga setempat menemukannya dalam timbunan pasir Pantai Bogak.
Penemuan yang terjadi pada minggu kedua Januari itu menyedot perhatian masyarakat sekitar. Di tempat yang sama sebelumnya pernah ditemukan dua meriam peninggalan Belanda.
Selain perahu, di tempat sekitar penemuan, juga ditemukan keramik dan koin mata uang berangka arab dan huruf latin. Di lokasi penemuan, sebelumnya merupakan pelabuhan tradisional.
Di tempat itu pula sempat ada penghunian para nelayan yang dibuktikan dengan banyaknya tonggak kayu nibung di pantai. Pantai Bogak merupakan bagian dari perairan Sungai Tanjung Tiram Kanan.
"Kami akan telusuri usia dan asal-usul perahu ini dengan menyerahkan sampel perahu ke BATAN," tuturnya. Temuan itu, tuturnya, merupakan temuan keempat di Sumut. Tiga temuan perahu kuno sebelumnya ditemukan di Pantai Cermin, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, dan Labuhan Deli, Medan.
"Dari sisi bentuknya, perahu ini paling menarik," katanya.
Sementara itu, dosen Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari mengatakan perlu penelusuran dengan memakai karbon. Sekadar pandangan, dahulu kala ada ekspedisi dari Jawa seperti Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini terdiri dari prajurit Kerajaan Singosari ke Sumatera dengan armada perahu.
"Begitupun dengan ekspedisi lain yang datang ke pantai timur Sumatera. Bisa jadi, jika tidak dari Jawa, perahu itu dari luar negeri. Banyak misi dari China dan Portugis," tuturnya.
No comments:
Post a Comment