...ia tidak dapat membedakan bendera Malaysia dan bendera “The Spangled Banner” milik Amerika.
Beberapa kedutaan besar Malaysia di Timur Tengah beberapa waktu lalu dilanda berbagai insiden. Pasalnya, hampir setiap hari terdapat kasus pembakaran bendera nasional Malaysia di depan kantor kedutaan mereka sendiri. Tidak hanya itu, para demonstran juga merobek-robek bendera dan melempari kantor kedutaan dengan kotoran unta dan telur busuk. Insiden tersebut merata di berbagai negara Timur Tengah tempat kedutaan Malaysia berada, antara lain Afghanistan, Mesir, Libanon, Palestina, Jordania, Irak, Iran, Suriah serta beberapa negara lainnya.
Ismeth Al Maliki, salah seorang demonstran di Libanon yang diwawancari mengaku , pembakaran bendera Malaysia dilakukan oleh karena ia tidak dapat membedakan bendera Malaysia dan bendera “The Spangled Banner” milik Amerika. Alasan yang sama juga dikemukakan para demonstran lainnya. Bahkan, sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa Malaysia adalah negara boneka Amerika. Mayoritas masyarkat Timur Tengah memang dikenal memiliki sikap anti-Amerika dan juga tidak menyukai segala sesuatu yang identik dengan Amerika.
Seorang pakar Timur Tengah berpendapat bahwa insiden pembakaran yang masih berlanjut hingga saat ini adalah sesuatu yang wajar. Pangkal persoalan sebenarnya adalah tindakan plagiat Malaysia dalam membuat desain bendera nasional yang sama persis dengan bendera Amerika. Pendapat tersebut diamini oleh berbagai jurnalis dan media internasional. Mereka mengatakan desain bendera nasional Malaysia sangat tidak kreatif, kurang visioner, dan tidak peka terhadap kesamaan desain bendera Amerika yang sudah ada sejak tahun 1776.
Insiden tersebut membuat Sekjen PBB, Ban Ki Moon, angkat bicara. Ia mengatakan dapat memahami demonstrasi tersebut. Ia justru memaksa Malaysia untuk menghentikan segala bentuk adopsi, imitasi, plagiar, serta pencurian mentah-mentah hasil karya intelektual serta warisan budaya negara lain.
Sementara itu, Menlu Amerika Condolezza Rice justru mempersalahkan Malaysia yang tidak arif dalam membuat suatu desain untuk produk-produk identitas nasionalnya. Ironisnya, negara-negara yang mendapatkan nota protes dari Malaysia atas insiden tersebut, tidak meresponnya sama sekali. Mereka melihat insiden tersebut sebagai sebuah lelucon politik yang patut ditertawakan, ditengah-tengah upaya mereka dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Benarkah Malaysia sebuah negara yang sedang mencari identitasnya?
No comments:
Post a Comment